Sewaktu kecil, Ming merasa ayahnya seorang yang kasar dan sulit didekati. Bahkan saat ia jatuh sakit dan harus diantar ke dokter, ayahnya menggerutu bahwa itu merepotkan. Suatu kali, tanpa sengaja Ming mendengar pertengkaran dan mengetahui bahwa sang ayah sebenarnya menghendaki dirinya diaborsi. Perasaan sebagai anak yang tidak dikehendaki itu terus menghantui Ming hingga dewasa. Ketika Ming percaya kepada Tuhan Yesus, ia masih sulit memandang dan berhubungan dengan Allah sebagai Bapanya, meski tahu bahwa Dia adalah Tuhan atas hidupnya.